Ekonomi Minus 1,5%, Turki Masuk ke Jurang Resesi



Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Turki mengalami kontraksi atau minus 1,5% year on year (yoy) pada kuartal III-2019. Pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Turki minus 2,4%. Hal ini menunjukkan bahwa Turki mengalami resesi.

Perlu diketahui, resesi atau kontraksi pertumbuhan ekonomi terjadi selama dua kuartal berturut-turut dalam tahun yang sama ini, salah satunya disebabkan oleh krisis mata uang Turki, yaitu Lira.

Dikutip dari Reuters, Rabu (4/9/2019), Turki nilai Lira anjlok 30% pada tahun lalu. Permintaan domestik juga turun tajam yang juga menjadi faktor resesi ini.

Krisis mata uang tahun lalu itu disebabkan oleh perang diplomatik dengan Washington, Amerika Serikat (AS) dan juga keraguan atas independensi bank sentral. Hal ini menyebabkan investasi asing juga cabut dari Turki. Kemudian, sepanjang 2019, nilai Lira turun 9,6%.


Kondisi ekonomi ini membuat bank-bank di Turki memangkas suku bunganya di bawah 20% pada Juli 2019. Hal ini dilakukan untuk memulai siklus pelonggaran moneter.

Pasalnya, investasi di Turki tertahan oleh bunga pinjaman yang tinggi dan ketidakpastian mata uang. Akhirnya, Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2019 berada pada level negatif. Industri pun melemah secara signifikan pada Juni 2019.


Padahal, di tahun 2018 rata-rata pertumbuhan ekonomi Turki lebih dari 5%. Namun, diiringi dengan inflasi dan penurunan suku bunga yang tajam, Turki harus menelan pahitnya pelemahan ekonomi.

Sumber:Detik.com
Share:

Recent Posts